Bangga Jadi Muslim

Mengapa gue harus bersyukur dilahirkan sebagai Islam ??? andai "keselamatan" yang terkandung blum dapat gue fahami secara terang ??

Ada beberapa kemungkinan untuk mensikapinya:

1. Bersyukur karena dilahirkan sebagai Islam (bimbingan rahim) … tapi bukan berarti apatis ama takdir

2. Bersikap kritis (semi berontak, karena tidak cocok dikatakan ‘menyesal") karena pencerahan Islam yang didapat bukan karena upaya objektif pencarian …

3. Bersikap masa bodoh (karena kepedulian akan corak hati -iman- ini gak terfikirkan sebagai identitas diri) … tapi bukan berarti gak Islami loh … wong alumni Azhar masa gak peduli ma intelkua Islam … hehehe …

Ketika terjadi polemik (bagi orang yang kritis -golongan kedua), kemungkinan yang terjadi:

1. Mengedapankan Islamnya (agar gak terkontaminasi)

2. Menomor duakan basic ideologinya (biar menghasilkan objektifitas tinggi)

3. Melupakan masalah …. (nyantai aje) kata fikron karena dah lewat ujian aja dah bagus tuh .. hehe

Trus waktu terjadi gap (dalam kehidupan material) antara ideologi yang diyakini kebenarannya dengan ideologi lain, kemungkinan sikapnya:

1. Bersikap arogan … tu kata Habib Ridziq (n para fundamentalis) … gak diamini ma anak2 Sabandsa

2. Bersikap "mengerti" … tu kata kalangan Pluralist ...

3. Bersikap liberal … tu kata Ulil n Salman Rushdi n para Humanist …

Memang salah satu khas misionari Islam adalah "sakralisme kalimat Syahadat". Ketika seseorang telah mengucapkan kalimat istimewa ini (yang dibarengi dengan rasa penuh berserah diri, bukan "asbun", tapi tau arti, makna dan dimensi bathiniah kalimat tasyahhud), menandakan dia telah penuh surrender under the rule of God (dengan berbagai konsekuensnuya), maka dia sudah Muslim (berserah diri).

Bersyukurnya Intan karena dia dilahirkan sebagai "keturunan Muslim", mungkin sangat masuk akal, karena perjuangan untuk mendapatkan Islam otentik akan lebih mudah karena sudah "berbasis" dari bimbingan rahim.

Gue pun merasa begitu, tapi mungkin lingkungan membentuk jiwa (antara kritis atau apatis), dan pola hidup (untuk survive atau ninabobo warisan ortu). Karena lingkungan gue menuntut gue untuk kritis (lahir di lingkungan agamis, besar di lingkungan preman, belajar di lingkungan kafir). Inilah yang membedakan "gue" produksi rahim nyokap, dengan gue produksi isme kafir (non Islam-red).

Gue ingat betul petuah Shah Waliyullah Dahlawi hingga gue merasa bahwa gue masih harus menanti waktu yang tepat untuk mengucapkan Kalimat Syahadat yang benar2 Tasyahhud, karena gue gak mao mengulang ucapan itu berkali2 hanya untuk "pemanis" bibir, atau gema vocal shahadat terdengar hingga telinga Bush, atau biar bonyok gak mati shok karena melahirkan anak yang sia2, atau juga menjadi kuda zebra diantara kumpulan kuda2 hitam.

Segini aja dulu, dah kebanyakan neh ... hehehee .....

moga gak bikin bete lo semua deh … gue (kita) tunggu komentar selanjutnya.

Pipix

Aligarh Muslim University - India

--- Kembali ke Muka … ---

Tidak ada komentar: