Oleh: Ahmad Taufiq Abdurrahman
Diterbitkan dalam rubrik “Kajian” Majalah Gontor, edisi Desember 2008
Proyek Abad Baru Amerika membutuhkan sebuah peristiwa seperti Pearl Harbor untuk mendorong legitimasi militerisme AS membangun hegemoni dunia.
8 Desember 1941, pukul 06:00 waktu Pearl Harbor, Laksamana Madya Chuichi Nagumo, memerintahkan pesawat dan kapal selam angkatan laut Kekaisaran Jepang menyerang fasilitas militer dan Armada Pasifik Amerika Serikat (AS) itu. 21 kapal armada itu tenggelam dan rusak, 188 pesawat terbang musnah dan 159 rusak. 2.403 warga sipil dan militer Amerika tewas. Serangan ini membawa AS ke dalam kancah perang dunia kedua yang kemudian dimenanginya, dan menjadi simbol kemenangan terbesar yang pernah diraih Amerika.
Menurut para peneliti independen, ada motif lain di balik peristiwa kelabu 9/11, yaitu mengikuti (mengcopy) peristiwa Pearl Harbor. Dengan membangkitan peristiwa semacam itu, diharapkan warga Amerika akan bersatu dan termobilisasi dalam sebuah perang melawan musuh luar. Tujuan puncaknya, memaku super-poweritas negara itu dalam menghegemoni dunia, yang tidak bisa ditentang oleh negara manapun.
Benang merah motif ini terlihat dari jumlah korban peristiwa 9/11 yang hampir menyamai rekor korban Pearl Harbor. Garis pesannya juga jelas: menciptakan sebuah tragedi, hingga efek mobilisasi sebagaimana sukses dalam peristiwa Pearl Harbor bisa terulang.
Namun rebaknya internet, dan terus terbukanya arus informasi, membuat segala hal -walau awalnya selalu ditutup-tutupi- terkuak. Tak heran jika kemudian banyak kalangan menemukan kejanggalan dalam fakta peristiwa tragis 9/11. Tak segan lantas mereka menyebutnya “lelucon 9/11”, karena kasatnya nuansa upaya Zionis Amerika memonopoli media massa dunia.
Campurtangan Israel sangat kental dalam tragedi 9/11. Picunya dimulai sejak muncul laporan Clean Break (Clean Break report), sebuah kajian para ahli di Israel pada 1996 yang mendorong Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memecahkan problem keamanan Israel di Timur Tengah dengan menerapkan kebijakan agresif yang pro Barat. Lalu ditopang oleh Project of the New American Century (Proyek Abad Baru Amerika), yang melegalisasi upaya militerisme AS dalam upaya membangun hegemoninya di dunia guna menjaga keamanan nasional. Kebijakan ini efektif diterapkan sejak September 2000 oleh pemerintah George W Bush.
Kedua proyek tersebut bertujuan memerkuat supremasi Amerika secara global, dengan menciptakan dan membiarkan keberadaan militer yang lebih besar di Timur Tengah, wilayah yang memiliki 60% sumber minyak dunia. Serta untuk memingkatkan goestrategis Israel. Caranya harus lebih dahulu menghancurkan musuh-musuh utama mereka (Irak, Iran, dan Syiria).
Diakui, Yahudi saat ini tidak memiliki saingan dalam mendominasi Amerika. Sektor-sektor inti telah mereka kuasai; media visual dan cetak, FED, Wallstreet, think thanks, Hollywood, maupun sejumlah organisasi besar. Dalam politik, secara de facto pun mereka kontrol. Perang Irak merupakan bukti kongrit kesuksesan lobi Yahudi di Amerika lewat gerakan Neocon.
Menurut Ron Paul, bagi kalangan Zionis, Pearl Harbor merupakan peristiwa yang membawa keberuntungan. Proyek Abad Baru Amerika membutuhkan sebuah peristiwa dramatis seperti Pearl Harbor. Dengan menciptakan peristiwa seperti itu, warga Amerika akan mendukung seluruh proyek prestisius itu. Walau harus memerangi setiap musuh yang ada. Seorang tokoh Zionis, Ledeen, bahkan mengatakan, Amerika sekarang dan nanti akan memusnahkan sebuah negara kecil untuk membersihkan jalannya menjadikan pelaku bisnis utama di dunia. Sungguh, Amerika diatur oleh para kriminal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar