Winter Vacation

Seminggu kemaren gue vacation ke Punjab (ziarah ke Golden Temple "masjidil haram"-nya kaum Sikh), trus crosstrip to Dharamsala (Dalailama residen). Wow its nice … passed my new year with some Rusian guys (with their tradition of course J), tracking to Himalaya, contemplating in Buddish Temple, Yoga n ll :)

Taon baru gue ini lumayan lebih bercahaya n bernuansa spiritual I hope u all got more better stuffs than me.

Soal gelap, kayaknya inilah yang melatarbelakangi jorney gue ke 2 site spiritual ini. Pencarian akan cahaya untuk hati gue (yang –ups sorry .. mungkin sementara ini blon dapat gue temukan dari Islam walau perjalanan aqidah islamiyah gue dah hampir memasuki 30 tahun L ).

Pencarian cahaya untuk redupnya gulita hati ini gue sangat harap untuk ditemukan di India ini. Dan 2 trips (including 1 Hindus historical temple site) banyak membuka mata hati akan dimensi lain akan perintah Tuhan: “Berjalanlah dimuka bumi ini, niscaya kamu akan temui keagunganKu”.

Karena gue juga sadar akan ungkapan: ''Waktu bukanlah lakon panggung sejarah ini tapi manusia itulah lakonnya. Tinggal bagaimana manusia mensikapi waktu agar bermakna.''
Dalam perjalanan ke Golden Temple, gue temukan beberapa hal (yang mungkin cuma otak dan hati gue dapat menafsirkannya), seperti clock wise (arah jarum jam) pola tawwaf mereka, sakralisme "Gurus" dan kitab suci, kebersamaan dan persamaan hak, pola qiraat, history, sinkritisme dan kolaborasi ideologi n ll. yang semuanya menyadarkan gue akan kebodohan dan radikalisme emosinal religius gue ketika dulu gue menganalisa dan menjustifikasi agama Sikh dari luar ideologi mereka.

Makan dan penginapan gratis untuk para pendatang dan penziarah (yang jarang kita dapati di Makkah atau Vatican), Lybrary yang terkelola rapih nll.

Di Dharamsala gue harus waiting list untuk bertemu sang bijak Dalailama (walau akhir november lalu gue n beberapa kawan sempat bertemu n diskusi ma beliau di Tibetan Cultural Centre di New Delhi).

Daerah yang di kelilingi pegunungan Himalaya ini merupakan kediaman sang bijak (karena "cekal" pemerintah China), n tempat transit para pengungsi tibet dari cengkraman anarki penguasa China. Di sini gue temukan banyak inovasi diri berkat class Buddhish Philosopy n Politic yang gue ikuti, Yoga dan meditasi. Dan mungkin fenomena yang paling berbekas di hati adalah ketika mengunjungi Education Centre of Tibetan Refugees (pusat pendidikan pengungsi Tibet) yang menyadarkan gue akan dampak anarki anak adam akan sesamanya. Betapa penguasa dan militer China (yang juga anak adam) tega membantai dan mengusir orang tua dari 2000 anak kecil yatim ini :(. Inilah kebiadaban sesama manusia yang hanya karena sebuah "ideologi relatif", membuat mereka lupa bahwa keberingasan, kekejaman dan aniaya pun mungkin akan dapat menimpa diri mereka sendiri. Kecongkakan dan keserakahan untuk saling menaklukkan :(

Dalam perjalanan turun gunung Himayala, entah ... secara ngak sengaja gue bertemu seorang Shadus (pendeta Hindu), dengan jenggot panjang dan pakaian compang camping membawa tongkat kayu yang ujungnya bersenjata pisau (untuk pertahanan diri). Menyapa gue: "Happy new year n Ghuza Hafiz (God Bless U)". Ternyata shadus tsb. bule asal German yang sedang menjalani pencarian spiritual (5 tahun) di kuil Hindu.

Diskusi berjalan 2 jam di pinggir jurang jalan setapak kaki bukit himalaya. Seluruh aspek alam, hidup (sosial, politik, agama dan iptek) terbahas habis (its really interesting). Kesadaran gue pun muncul dari diskusi ini, betapa Islam yang gue fahami adalah masih absurd karena bukan melalui tahap pencarian (seperti hindu-nya si bule) melainkan lahir karena "keturunan".


Tidak ada komentar: