Hadhrami 1

Keseriusan ternyata membawa berkah, tapi dagelan gus dur malah membawa bencana buat dia :).

Suatu ketika gue duduk di kantin kampus bareng kawan2, semua mata orang india tiba2 menyorot ke tempat duduk kami, mereka bingung, kok bising sekali kumpulan itu (karena kami selalu goyun n ketawa melulu) ... itulah tradisi indo, n gus dur sangat wajar bisa jadi joking presiden. N satu kawan gue orang new zeland (seorang missionaris kristen n lage ngambil Phd in Islamic Studies, pernah 8 taon tinggal di jogya n fasih bicara bhs Indo) bilang : "... orang indo emang gampang tertawa ... gileee (dia fasih ngomong istilah "gile" :)) ... semoga keseriusan kita gak menghilangkan harmoni melody dagelan n sayang kita semua .. just go ahead with ure joke, but dont be dying coz ure stomach getting blown :)) ...

Tengkyu rid, ternyata dugaan lo bener n intan bakal menggugat visi gue, tapi untungnnya dia ada sedikit misguess :) Salah tafsirnya cuma kupasan soal cerita figur "habib" yang gue ceritain. Ralatnya begini ... Yang gue maksud adalah bahwa tuh habib cuma berpidato n ngasih sambutan tentang silsilah, keistimewaan n pola hidup serta kiat2 hidup alm Habib Umar, tapi dengan sebuah spontanitas tinggi (kayak TNI yang ahli merakit senjata) seluruh hadirin angkat tangan n teriak ... AMIEN !! Gue yang ngerti sedikit bahasa amiah (karena di aligarh juga gue punya kawan Yamani) jadi sangat takjub dengan panorama ini ... begitu tan :)

Kalo soal metodology dakwah, gue n seorang kawan dah nerjemahin 2 buku karangan Syeikh Ilyas tentang Jamaah Tabligh (creed n dogmanya), n gue pun sangat setuju dengan tradisionalisasi dakwah Islam ("mengkondisikan n mempribumikan" dakwah). Dan memang tipology dakwah di Indo secara umum masih terbilang kurang dinamis, masih mengalami stagnasi dengan format lama: pola majapahit, sorogan n berbau mistis nll. N masuknya Islam ke Indo via Gujarat sangat relevan dengan tipology keyakinan masyarakat Indo yang saat itu emang lage Hindutva n Buddhitva Trend, makanya animisme, dinamisme n berbagai sinkritisasi (tuh bahasa sejarah Islam anak2 Tsanawiyah .. :)) cepet terkolaborasi dengan Islam "versi" India (Gujarat) n Yaman (dengan pola geologis tropis yang sama dengan Indo). Makanya sunan kalijaga (dalam satu riwayat dia tuh Hadhrami loh .. n bahkan semua kanjeng sunan-2 wali tuh hadhrami semua) mengindonesiakan metode dakwahnya ... makanya tipe dakwah ala Jamaah Tabligh yang muncul n berpusat dengan ciri n karakter masyarakat India masih kurang cocok dengan kondisi alam n psikologi pasar Islam Indonesia.

Aa gym bagi gue gak punya keistimewaan spesifik, keistimewaannya (menurut gue) adalah karena dia orang sunda (dengan logat, gaya tutur n penyampaian materi ala sundaness) yang bikin dia populer ditambah lage dengan sedikit visi "modernitas" manajemen qalbu dia ... Tapi dia cocok dijadiin figur oleh kalangan imani Islam menengah ke bawah. Kalo bisa dibilang malah dia lebih dekat n sangat mirip dengan pola Naqshabandi (yang bilang bahwa tawajjuuh ma Tuhan tuh gak harus di tempat sunyi, mihrab atau kontemplasi ... tapi bisa juga di pasar -disamping kesibukan duniawi cari nafkah, ... ini (andai dianalisa lebih panjang) sangat mirip dengan dogma kristen ortodok yang bilang "God is not on wood, but its on heart").

N kemudian soal kecenderungan penolakan masyarakat Indo terhadap kyai "cowboy" dengan jeans, rambut gondrong n kaos oblong, gue rasa itu karena masih lemahnya wawasan "Islam otentik" mereka.

Pertama, sisa-sisa nasionalisme absolute (pengembangan dari sosialisme made in Soekarno) yang melahirkan kecenderungan nasionalisme buta (liat ... "Ganyang Malaysia" !!) membuat anti-western style (kafir) masih jadi trend. n phobia ini mungkin bisa terhilangkan beberapa dekade mendatang ketika kita (masyarakat Indo umumnya) udah tau diri bahwa kita adalah "pecundang" globalisasi dunia n harus mengakui bahwa western trend harus diikuti biar gak kelibas arus globalisasi ini.

Kedua, Pelajaran paling berharga yang gue dapat dari orang2 Mesir (yang kita suka bilang "Humar"), adalah Islam yang mereka fahami bukan Islam materialis (corak fisik manusia Islam yang harus memakai jalabiah, sorban n peci merah azhar), tapi Islam adalah pengejawantahan dari iman yang tempatnya di qalb (nurani atau conseusness .. bukan sekedar hati loh !!) yang kemudian melahirkan kesadaran akan derajat dia sebagai manusia. Kalian bisa liat orang berdasi, berpakaian seksi tapi masyaAllah tradisi pemahaman n keimanan serta intelektualiatas Islamnya jauh dari standar orang berseragam burqah (hijab) di Indo.

Trus soal hadts-2 nabi tentang keistimewaan kerabat beliau. Gue mao sedikit cerita pengalaman indera gue kemarin sore (tgl 10 Muharram -hari jumat 14 Maret), ketika gue ngikutin festival/celebration Syiah mengenang peristiwa Karbala. Wow ... gileeeee n suaaadisss. Kecintaan kalangan syiah terhadap leluhur ideologis mereka sangat n super-100X tinggi. Dalam festival itu mereka mencambuk2 diri dengan benda2 tajam (termasuk cenya juga ... bahkan ada 2 orang yang sampe mati karena penyiksaan diri sendiri ini ) untuk merasakan kepedihan penyiksaan fisik husein oleh gerombolan Muawiyah. Hubungan analitik cerita ini dengan diskusi kita soal ahlul bait adalah, betapa orang non keturunan ahlul bait (pengikut syiah) bisa begitu setianya n rela berkorban diri untuk itu (lihat juga kesetiaan masyarakat indo dengan kalangan para habaib). Sementara ini gue berkesimpulan bahwa aqidah (terlepas dari faktor propaganda politis atau sejarah) dapat mengalahkan segalanya. Kesetiaan pengikut propaganda Osama rela mengorbankan jutaan nyama bayi tak berdosa Afgan untuk dibumi hangus oleh AS. Dan penggunaan aqidah sebagai sebuah kendaraan anarki juga mungkin (liat Ja'far Umar n Laskar Jihad ato pengikut FPI Basyir). Kelemahan intelektual (ilmu agama yang kritis) membuat taassub itu lebih mendaging. Dan tragisnya justru saat ini fenomena radikalisme (mungkin berakar dari fundamentalisme) Islam di Indo banyak dimotori oleh kalangan pendakwah Arabi (bukan Hadhrami aja) n Arabian style. Inilah yang dalam milist kemaren gue khawatir dikemudian hari akan muncul fenomena gerakan anti-Arab.

Makanya gue sangat mengharap dikemudian hari ulama bisa sepakat untuk menaskh hadits soal keiistimewaan spesifik itrah nabi ... :)), karena menurut gue karena keberadaan hadits ini malah membuat daging busuk dalam Islam (lihat sunni hatred oleh syiah, perebutan kekuasaan kejaraan islam klasik karena borjuisme golongan Arab n keturunan nabi hingga keruntuhan kejayaan Islam, n kecemburuan kita thd ekslusifitas Alawiyyin). n juga karena tradisi ini (mungkin bagi indonesia mendatang) akan gak relevan dengan zaman (lihat pengikisan tradisi Padang dalam hal perkawinan nll). Tapi sekali lagi tantangan terberatnya ada di tangan kalangan eklusivitist tersebut (Hadhrami, Padang n nepotis lainnya) untuk merubah tradisi ini agar mereka gak menjadi objek anarki dikemudian hari.

Dan memang jelas pesan Al Quran soal equalitas timbangan manusia di sisi Allah yang hanya dengan Taqwa. Tapi yang harus dikaji kemudian adalah taqwa itu apa, dalam bentuk apa n gimana aplikasinya dalam physical performance manusia. Andai kita anggap taqwa sebagai perluasan dari dimensi iman maka harus kita maklumi muttaqin (orang yang bertaqwa) sangat gak "berbentuk" material fisiknya karena ini urusan nurani (gak perlu jubah atau peci haji tapi bisa jadi pake rok mini). dan apakah ukuran taqwa yang akan kita gunakan seperti yang dipakai oleh kalangan sufis (dengan zuhd, hulwah nll) ??. Inilah kesulitan kita dalam membatasi terminologi "Islam Kaaffah". Karena determinasinya akan meluas kepada aspek emosional, moral, kultural dan material (lihat figur muslim perfect di india adalah yang pake jenggot, baju shirwani, sering pergi ke masjid untuk ngikutin ceramah (bayan) n jamaah, n dengan melipat celana hingga gak menyentuh lantai nll) ... n kita tau ini semua adalah sunnah fisikal nabi. Tapi relefansinya dengan biologis n tradisi formalitas orang Indo (yang natural gak punya kecenderungan berjenggot, ato tradisi kain n sorban) apakah dia gak Muslim yang sempurna. Kaffah menurut Aa Gym juga akan berdeda dengan kaffah cak nur. Yach ... akhirnya kita paling cuma bisa bilang "pokoknya Islam yang kayak al Quran n Sunnah". ... :))

Tengkyu atas kerelaan waktu tuk baca visi hamba bodoh ini ... :)

PIPIX

Aligarh Muslim University - India


--- Kembali ke Muka … ---

Tidak ada komentar: