Kawin Campur 2


Buku lama pun yang belum pernah dibaca tetap menjadi ‘lawas’ ato gress, dan ilmu sifatnya ‘awet’ selama masih ada orang yang perduli akan kelebihan dan pentingnya ilmu tersebut.

Sedikit penjelasan dari gue buat opiie tentang tanda kutip makna “kesepakatan” yg gue maksud di milist terdahulu adalah “sepakat untuk menyatakan bahwa Islam adalah basis ide dan ideology” :). Dan aspek inilah yang melandasi kita untuk melakukan “interaksi intelektual, sosialisasi ide, serta sikap menghargai yg timbal balik, sehingga pluralitas bisa merasakan hikmah penciptaannya, rahmah dan pelestarian toleransi......“ :) Dengan selalu mengakui adanya
pelangi pemikiran yang terlandasi oleh “Perbedaan pemikiran (ikhtilaf) umatku adalah rahmat” (Hadits).

Soal “justifikasi yg selama ini disebut sbg hukum Islam absolut, knp masih senantiasa digelisahkan? (ato lebih tepatnya "direkonstruksi")”, menurut gue itulah usaha dakwah untuk mengetengahkan ide dan konsep Islam lewat nuansa kekinian –lewat disiplin ilmu kontemporer, agar kecenderungan modernitas dan fleksibelitas Islam bisa diterima dan dinikmati oleh berbagai kalangan (salaf dan khallaf, radikal dan liberal).

Andaipun ada yang antipati (skeptis) dengan proses pemekaran syariah, Azyumardi Azra menilai dinamika ini sebagai usaha pencarian akan “islam otentik” (“islam murni”) walau dengan pijakan awal dimensi yang berbeda (fundamentalis-moderat) tapi memliki tujuan sama yakni
universalime Islam.

Analisa opiie bagus tuh dan gue setuju dengan pendapat Arkoun (walau gue lupa tentang info itu karena trend kajian pemikiran Arkoun dah terlewatkan lama banget saat gue kuliah S1 IAIN dulu n juga di India ide-ide Arkoun gak sengetren di Indo :) …. n kayaknya kita sama-2 cederung mengiyakan faham Dzahiriah ke dalam otak Islami kita :)

Seperti penolakan elemen hadits ke dalam kategori wahyu karena memang hadits hanya penafsiran manusiawi Muhammad –yang dipenuhi dimensi idelaistik subjektifismenya, akan beberapa konteks wahyu Tuhan (Al quran) yang masih ‘rabun’. Hanya saja gue kurang
setuju dengan “DO” hadits dari elemen syariat, karena kesatuan wahyu dan sunnah merupakan pola dasar aqidah Islam, cuma tinggal gimana kita selektif memilah antara sunnah qathiyyah dan dzaniyyah.

Dan pemikiran tentang “dimana ada hukum tanpa pengalaman/sejarah??” menurut gue memang itu betul 100 %, karena sejarah/pengalaman membentuk opini, dan opini membentuk keyakinan, keyakinan melahirkan kebijakan (hukum), maka hukum selalu berangkat dari pengalaman (idealisme) yang secara komulatif membentuk budaya. Maka dengan kerangka ini dapat terlihat bahwa agama –sebagai bentuk ritual dan ideologi “penyembahan” yang memiliki hukum, juga merupakan hasil reproduksi budaya sejarah (peradaban).

Hanya saja ‘kemaksuman’ Tuhan (aspek zat dan sifat) tidak akan –boleh!, tersentuh sejarah. Dan cuma aspek konseptual (penafsiran perwujudan) Tuhan masih terbuka oleh sentuhan ini.
Menurut gue –mungkin agak nyeleneh, konsepsi tentang Tuhan masih dapat terus berjalan bersama laju perkembangan sejarah, pemikiran dan peradaban. Lihat fenomena berhalaisme, animisme, dinamisme, fir’aunisme (bahkan gus-durisme :) atau juga proses nabi Musa mencari Tuhannya nll, yang semuanya merupakan proses pencarian dimensi konseptual Tuhan.

Andai titik persamaan antar semua ajaran agama adalah dalam aspek sifat Theisme (adanya Tuhan), tapi dengan adanya perbedaan yang masih kasat sekali dalam konseptualisasinya (lihat determinasi kata “Allah, Jehovah, Jesus, Budhha, Dewa nll”). Maka sangatlah wajar andai perbedaan (patikel kecil ??) -yang terlalu mendasar ini, menjadi penolakan untuk menerima
kewajaran “perbedaan adalah rahmat”, dan upaya realisasi etika-2 kebajikan (‘salam’, ‘ahimsa’,
‘rahmat jesus’, “pesan Yasu’”) akan terus buntu.

Nah … kalo udah begini apa Atheisme bisa jadi solusi agar ngak ada konflik turun temurun karena sengketa ‘ketuhanan’ ??? Atau kita butuh agama baru ??? Karena kita masih terus dalam tahap “pencarian akan Tuhan”.

Tul gak ?? (kalo gak setuju silahkan vocal !!) … :)))



Viviex Sabandsa
Aligarh Muslim University - India

Tidak ada komentar: