Memang Sial

--- Kembali ke Muka … ---

Selembar kertas putih tercoret pena

Hati seorang prabu menyala-nyala kesal

Geram ia menyapa pengawal yang melapor,

“Daulat Paduka, kuda kesayangan Paduka lepas!”


Seharusnya ia marah

Tapi ia malah terbahak tawa

Ah .. gila memang hidup di belantara purba

Siapa cepat, siapa dapat

Siapa siaga, ia akan terus terjaga


Sungguh sayang pamor kerajaan yang dulu jaya

Kini hancur oleh bau keringat babi hutan yang sering diburu

Ia malah kini menjadi raja rimba pemangsa harimau

Monyet yang dulunya hanya bergelayutan di dahan

Kini sinis menatap kian hancurnya alam


“Sial!” katanya

Tapi tak ada yang peduli umpatannya

“Sial!” kilahnya

Tetap tak ada yang peduli hayalnya

“Sial!” kadang ada juga yang mengerti artinya

Tapi tetap menjadi macan ompong terjepit pintu


Begitulah si anak rimba terjebak di ibukota

Ingin berayun-ayun, tak ada lagi pohon rindang

Ingin makan sayur mayur, yang ada hanya jagung

Jagung yang kini dimakannya

Mungkin kelak akan menjadi pohon rindang yang dapat digelayutinya.


Cairo, 19 Desember, Midnight

Tidak ada komentar: