Selembar kertas putih tercoret pena
Hati seorang prabu menyala-nyala kesal
Geram ia menyapa pengawal yang melapor,
“Daulat Paduka, kuda kesayangan Paduka lepas!”
Seharusnya ia marah
Tapi ia malah terbahak tawa
Ah .. gila memang hidup di belantara purba
Siapa cepat, siapa dapat
Siapa siaga, ia akan terus terjaga
Sungguh sayang pamor kerajaan yang dulu jaya
Kini hancur oleh bau keringat babi hutan yang sering diburu
Ia malah kini menjadi raja rimba pemangsa harimau
Monyet yang dulunya hanya bergelayutan di dahan
Kini sinis menatap kian hancurnya alam
Tapi tak ada yang peduli umpatannya
“Sial!” kilahnya
Tetap tak ada yang peduli hayalnya
“Sial!” kadang ada juga yang mengerti artinya
Tapi tetap menjadi macan ompong terjepit pintu
Begitulah si anak rimba terjebak di ibukota
Ingin berayun-ayun, tak ada lagi pohon rindang
Ingin makan sayur mayur, yang ada hanya jagung
Jagung yang kini dimakannya
Mungkin kelak akan menjadi pohon rindang yang dapat digelayutinya.
Cairo, 19 Desember, Midnight
Tidak ada komentar:
Posting Komentar