Saat mentari lelap ditelan ufuk gurun belahan timur
Menara-menara dikota ini pun merasa letih meninggalkan bekas siangnya
Himpitan gedung dan hiruk pikuk manusia
Melelapkan tumpukan berjuta angan penghuninya
Kini bagiku tinggal hitungan mundur penantian
Ketika hela nafas renyuh di landasan pacu yang harus ditinggalkan
Garis kuning tapal batas menyorotiku
Dokumen akhir perjalanan siap tutup buku
Lebih dari seribu malam aku telah pulas dalam udarakota ini
Lebih dari ratusan mimpi indah menyertai
Kadang berkabut memang …
Tapikota ini, udara dan berkahnya
menyertai derap akhir senyum pengabdian pertiwi
Hati berat menerka esok
Karena kiniku terasa begitu indah mempesonakan
Sepertinya lusa ku harus meraba takdir
Agar tuntutan jalanNya terlalui tanpa tanggul
Andaipun tertimpa banjir bandang
Aku akan tetap tersenyum … karena kiniku begitu indah
Sayangku adalah malangku
Pipix, Cairo 2001
Menara-menara di
Himpitan gedung dan hiruk pikuk manusia
Melelapkan tumpukan berjuta angan penghuninya
Kini bagiku tinggal hitungan mundur penantian
Ketika hela nafas renyuh di landasan pacu yang harus ditinggalkan
Garis kuning tapal batas menyorotiku
Dokumen akhir perjalanan siap tutup buku
Lebih dari seribu malam aku telah pulas dalam udara
Lebih dari ratusan mimpi indah menyertai
Kadang berkabut memang …
Tapi
menyertai derap akhir senyum pengabdian pertiwi
Hati berat menerka esok
Karena kiniku terasa begitu indah mempesonakan
Sepertinya lusa ku harus meraba takdir
Agar tuntutan jalanNya terlalui tanpa tanggul
Andaipun tertimpa banjir bandang
Aku akan tetap tersenyum … karena kiniku begitu indah
Sayangku adalah malangku
Pipix, Cairo 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar